Apa sebenarnya Web3 Itu?
Agar lebih mudah membayangkan Web3, mari kita lihat perbedaannya. Pada artikel ini sudah saya buatkan apa itu web3 dengan bahasa yang mudah di pahami. Mulai dari perioda internet sejak tahun 90-an berikut.
Revolusi Web
Web1 (Sekitar 1990 – 2004)
Masa ini disebut juga dengan “Internet yang Cuma Bisa Dibaca”, karena kita cuma baca informasi, lihat gambar, tidak bisa ngobrol, atau ikut bikin apa-apa.
Contohnya seperti situs perusahaan atau halaman berita sederhana yang cuma kasih info tanpa interaksi yaitu Google, Yahoo, msn, Internet Archive, dan sebagainya.
Web2 (Sekitar 2004 – Sekarang, 2025)
Masa ini disebut juga dengan “Internet yang Bisa Ngobrol”, karena kita bisa melakukan sesuatu. Kita tidak cuma lihat informasi dan barang, tapi juga bisa jualan, ngobrol sama penjual, atau bikin postingan sendiri, seperti media sosial, video, dan aplikasi yang bikin kita aktif ikut main.
Contohnya seperti Gmail, Twitter, Youtube, ebay, LinkedIn, Pinterest, WordPress, Facebook, YouTube, TikTok, Gojek, dan sebagainya. Kamu bisa like, komen, atau upload foto sendiri.
Web3 (Sekitar 2010-an – Masa Depan)
Masa ini disebut juga dengan “Internet Milik Kita Bersama”. Karena kita akan simpan data kita sendiri, bayar barang pakai uang digital, dan atur aturan bareng-bareng dengan teknologi blockchain.
Perbedaan Simpelnya:
- Web1: Kita cuma baca, seperti nonton TV.
- Web2: Kita ikut main, tapi ada bos besar yang atur dan ambil untung.
- Web3: Kita yang jadi bos, semuanya lebih bebas dan aman, tapi butuh teknologi canggih.
Bagaimana Web3 Bekerja?
Bayangkan, Web3 seperti sebuah kampung pintar yang punya aturan cerdas dan alat-alat khusus. Alat utamanya adalah blockchain, semacam buku catatan raksasa yang ada di banyak komputer sekaligus. Buku ini tidak dimiliki satu orang atau perusahaan, tapi semua orang di kampung punya salinannya. Jadi, tidak ada yang bisa bohong atau ubah catatan tanpa sepengetahuan yang lain.
Cara Kerjanya
- Tidak Ada Bos Besar (Desentralisasi)
Di Web2, kalau kamu upload foto ke Instagram, foto itu disimpan di server Instagram. Mereka (perusahaan Instagram) yang pegang foto kamu dan mereka bisa hapus kapan saja. Di Web3, foto itu disimpan di blockchain—tersebar di ribuan komputer. Tidak ada satu perusahaan yang bisa ambil alih. - Buku Catatan Ajaib (Blockchain)
Blockchain mencatat semua yang kamu lakukan: misalnya, “Andi beli gambar dari Budi pakai 1 koin digital.” Catatan ini aman, tidak bisa dihapus atau diubah, dan semua orang bisa lihat (tapi identitasmu bisa disembunyikan). - Dompet Digital (Digital Wallet)
Kamu punya “dompet” di komputer atau ponselmu, seperti brankas pribadi. Dompet ini simpan “kunci” untuk masuk ke Web3, simpan uang digital (cryptocurrency), atau barang digital (seperti NFT). Hanya kamu yang bisa buka dompet ini, bukan perusahaan. - Aturan Otomatis (Kontrak Pintar)
Ada program kecil di blockchain, namanya kontrak pintar (smart contract). Misalnya, kamu jual gambar ke temen. Begitu dia bayar, gambar otomatis pindah ke dia tanpa perlu bank atau orang tengah. Semua cepat dan adil. - Uang Digital (Cryptocurrency)
Di Web3, kita pakai uang seperti Bitcoin atau Ethereum, bukan rupiah biasa yang dikontrol bank. Uang ini langsung dikirim antar dompet tanpa lelet jalur bank.
Di Web2, perusahaan besar seperti Google atau Facebook yang jadi “bos”. Mereka simpan data kita, putuskan apa yang boleh kita lihat, dan ambil untung dari iklan. Kita cuma pengguna biasa yang ikut aturan mereka. Nah, di Web3, kita jadi “bos” karena:
- Kita Pegang Data Sendiri
Data kita (foto, pesan, dll.) disimpan di blockchain atau dompet pribadi, bukan di server perusahaan. Jadi, kita yang putuskan mau dibagi ke siapa atau dijual. - Tidak Ada Tengah-menengah
Mau jual barang? Langsung ke pembeli lewat blockchain, tanpa perusahaan seperti Tokopedia atau bank yang potong komisi. Kita yang atur harga dan cara jualnya. - Kita Punya Kuasa Atas Barang Digital
Misalnya, kamu bikin gambar atau musik. Di Web3, kamu bisa buktikan itu milikmu pakai NFT dan jual langsung. Tidak ada yang bisa nyolong atau hapus tanpa izinmu. - Kita Ikut Atur Aturan
Di Web3, ada kelompok bernama DAO (Organisasi Otonom Terdesentralisasi). Bayangkan seperti RT di kampung, tapi semua warga punya suara lewat token (semacam kupon voting). Jadi, kita ikut putuskan apa yang terjadi, bukan cuma nurut perusahaan.
Contoh Gampang:
Bayangkan kamu punya mainan langka. Di Web2, kamu taruh di toko online, mereka simpan, dan mereka yang atur harganya. Kalau toko tutup, mainanmu hilang. Di Web3, mainan itu ada di dompet digitalmu. Kamu jual langsung ke temen pakai uang digital, dan semua tercatat di blockchain. Tidak ada yang bisa ganggu—kamu yang pegang kendali penuh.
Apakah File Disimpan di Semua Komputer?
Diatas, saya mengatakan bahwa file disimpan di blockchain—tersebar di ribuan komputer. Namun, bukan berarti kalau semua komputer di jaringan Web3 menyimpan salinan penuh dari setiap file (seperti gambar atau video) ya, yuk kita bedah:
- Blockchain Bukan Tempat Simpan File Besar
Blockchain itu seperti buku catatan, bukan gudang penyimpanan. Dia cuma nyatat informasi kecil, misalnya: “Andi punya gambar A, lokasinya di sini.” Data asli (gambarnya sendiri) tidak disimpan di blockchain karena file besar seperti gambar atau video akan bikin sistem lambat dan boros tempat. - Di Mana file Gambar Disimpan?
Di Web3, file seperti gambar biasanya disimpan di sistem penyimpanan terdesentralisasi, bukan di server perusahaan besar seperti Google Drive. Contohnya:- IPFS (InterPlanetary File System): Ini seperti “torrent” cerdas. Filemu dipecah-pecah dan disimpan di banyak komputer yang ikut jaringan, tapi tidak semua komputer simpan semua file. Hanya komputer yang “sukarela” jadi penyimpan (disebut nodes) yang pegang potongan filemu.
- Blockchain cuma simpan “alamat” atau “kunci” (hash) yang nunjukin ke file itu di IPFS. Jadi, kalau kamu mau buka gambarmu, sistem cari potongan file dari komputer-komputer ini dan satukan lagi.
- Tidak Semua Komputer Simpan Semua Gambar
Misalnya ada 1000 orang punya 1000 gambar berbeda. Tidak berarti setiap komputer simpan 1000 gambar itu. Hanya sebagian kecil komputer di jaringan (yang disebut nodes atau simpul) yang simpan potongan file tertentu. Sistemnya pintar—file dibagi dan disebar supaya tidak membebani satu komputer.
Jika saya memiliki file sangat banyak, Apakah Memori Komputer yang sukarela juga Akan Penuh?
Jawabannya adalah tidak, karena:
- Hanya Nodes Khusus yang Simpan Data: Kalau kamu cuma pengguna biasa (bukan node), komputermu tidak perlu simpan file orang lain. Kamu cuma simpan filemu sendiri di dompet digitalmu atau akses file dari jaringan saat dibutuhkan.
- Penyimpanan Selektif: Komputer yang jadi node di IPFS atau sistem lain bisa pilih simpan file apa saja berdasarkan kapasitasnya. Mereka juga bisa dapat “bayaran” (token) sebagai imbalan karena bantu simpan file.
- File Tetap Efisien: Gambar atau file besar tidak diduplikat ribuan kali tanpa alasan. Sistem seperti IPFS cuma simpan salinan secukupnya di beberapa tempat supaya tetap bisa diakses meskipun ada komputer yang mati.
Contoh Sederhana
Bayangkan kamu punya gambar kucing di Web3:
- Gambar itu diunggah ke IPFS. Sistem akan memecah gambar jadi potongan kecil dan simpan di 10 komputer berbeda.
- Blockchain cuma catat: “Gambar kucing milik Andi ada di IPFS dengan alamat di komputer 1, komputer 2, hingga komputer 10.”
- Kalau kamu mau lihat gambar itu, dompet digitalmu ambil potongan dari 10 komputer tadi, satukan, dan tampilkan. Komputermu sendiri tidak perlu simpan gambar orang lain kecuali kamu jadi node.
Kalau Ada Komputer (Node) yang Mati, Apakah File Akan Rusak?
Tidak, kemungkinan besar file tetap aman karena sistem penyimpanan di Web3 dirancang pintar untuk mengatasi masalah seperti ini. Mari kita lihat bagaimana caranya:
Misalnya: 1 File Dipecah Jadi 100 Potongan
Bayangkan kamu punya gambar kucing yang dipecah jadi 100 potongan kecil. Potongan ini disebar ke 100 komputer sukarela di jaringan (disebut nodes). Ketika kamu mau ambil gambar itu, sistem akan kumpulkan semua potongan dari 100 komputer ini. Tapi, bagaimana kalau ada 2 atau lebih komputer yang mati?
Sistem penyimpanan terdesentralisasi punya trik cerdas supaya file tetap utuh meskipun beberapa komputer bermasalah:
- Duplikasi (Redundansi)
File tidak cuma dipecah dan disebar begitu saja. Sistem bikin salinan cadangan untuk tiap potongan. Misalnya, setiap potongan gambar kucingmu disimpan di 3 komputer berbeda (jadi total ada 300 salinan tersebar). Kalau 2 komputer mati, masih ada komputer lain yang pegang salinan potongan yang sama. - Kode Perbaikan (Erasure Coding)
Ini seperti trik sulap. File dipecah dengan cara khusus sehingga kamu tidak perlu semua 100 potongan untuk menyatukannya kembali. Misalnya, cukup 90 potongan yang utuh, gambar sudah bisa dibikin sempurna lagi. Teknik ini disebut erasure coding, jadi meskipun beberapa nodes mati, file tetap bisa diakses. - Jaringan yang Dinamis
Jaringan Web3 itu hidup dan beradaptasi. Kalau satu komputer mati, sistem bisa minta nodes lain untuk bikin salinan baru dari potongan yang hilang. Jadi, filemu tidak hilang selamanya—ada cara untuk pulihkan.
Contoh Nyata:
- Kamu punya gambar kucing di IPFS (sistem penyimpanan Web3).
- Gambar dipecah jadi 100 potongan, dan tiap potongan disimpan di 3 komputer berbeda (total 300 salinan).
- Kalau 2 komputer mati, masih ada 98 komputer lain yang pegang potongan. Sistem ambil dari situ, dan gambar tetap utuh.
- Bahkan kalau 10 komputer mati, selama jumlah yang hilang tidak melebihi batas cadangan atau erasure coding, gambar masih bisa disusun lagi.
Jadi, Apakah File Bisa Rusak?
Bisa, tapi peluangnya sangat kecil. Kalau terlalu banyak komputer mati sekaligus (misalnya 20 dari 100, tergantung desain sistemnya) dan cadangannya tidak cukup, file bisa rusak atau hilang sementara. Tapi ini jarang terjadi karena:
- Jaringan Web3 biasanya punya ratusan atau ribuan nodes, jadi kecil kemungkinan banyak mati bersamaan.
- Sistem kasih insentif (bayaran dalam token) ke nodes supaya mereka tetap nyala dan jaga data dengan baik.
Bandingkan dengan Server Biasa: Kalau server Google mati dan tidak ada cadangan, semua data di situ bisa lenyap. Di Web3, karena data tersebar, lebih sulit hilang total.
Sementara itu dulu ya ilmu untuk Web3, jika ada kesempatan, saya akan update lagi tulisan ini. Semoga bermanfaat!